Entri yang Diunggulkan

Lama kelana

Seperti baru berkedip, 2021 ternyata sudah dua tahun yang lalu. hampir tiga tahun malah. Sebagai mahasiswa akhir, seikit dilema. Ingin cepa...

Kamis, 03 Maret 2016

Ngerti aturan, lha kok masih melakukan pelanggaran?

Pada hari itu lalulintas sangat ramai, aku dan temanku pergi kekota.Kami orang baru yang melintasi jalan itu rupanya tidak teliti membaca petunjuk bahwa jalan tersebut hanya untuk satu arah. Alhasih, yasudah kami dibawa ke poskonya pololisi lalulintas. Satu persatu surat diteliti dan polisilalulintas yang sedang bertugas ngomong " Sampean melanggar 3 peraturan, melawan arah membahayakan oranglain, ndak punya SIM, udah gitu kendaraanmu gak pake spion pula. Sampeyan kena denda 300 ribu."  pada saat itu memang bukan aku yang bawa motor, tapi aku sudah mengingatkan pada temanku bahwa kita ngglanggar. Cuma temanku bilang "ah, wes terlanjur" , dia nggak berhenti. Sampai akhirnya polisilalulintas yang dari tadi tau kalau kami melanggar harus mengejar kami sampai dapat.
Pas di pos polisi, polisi itu negur kami
 "wong udah tau nggelanggar kok masih nekat aja. Nyadar dong, dari tadi sampean itu beda sendiri, yang lain pada ke arah sini malah sampean ke arah sana, bukannya berhenti pas saya kasih bunyi peluit pertanda pelanggaran malah mbablas. Disaat kayak gitu masak masih harus kucing kucigan juga." 
 "iya pak, saya ngak tahu" 
"Harusnya tahu. Itu rambu rambu maksudnya apa sampean ngerti to?" sambil nunjuk rambu rambu ( yang kayak gini ( -- ) ).
"Ya, saya tahu. Tapi saya orang baru pak."
"Ya tetep aja namanya nglanggar kok. 300 ribu itu disini, coba di Jakarta, mesti wes keno 500 kui."
"Jangan segitulah pak. Saya ngak bawa duit."
"Yasudah besok ikut sidang aja." sambil nulis surat nggak tau isinya apa
"Pak, mbok jangan segitu."
"Yaudah, karena sampeyan orang baru, 250 ribu aja. Kalau nggak ikut sidang."
"Jangan segitulah Pak"
"Udah peraturan mas. Saya hanya bisa bantu segitu."
"Yaudah ini Pak" sambil berdiri buru buru salaman pengen cepet pergi.
"Mas ini KTP sama STNKnya ketinggalan" 
"Gak usah" keliatannya dia marah.
Polisilalulintas nyusul temanku sampai depan pos dan membawanya kembali masuk ke Pos.
"Duduk Mas"
Temenku diem dan aku binggung. Entahlah, cowok sama cowok jadi cekcok.
"Mas, dari tadi saya sopan sama mas, jadi mas tau dong harus gimana ke saya? Dari tadi saya nggak pake teriak ngomong baik baik sama mas. Tapi kok masnya kayak tadi." Polisi itu serius kayaknya.
"Liat nih Mas" sambil nunjuk kaca meja yang pecah.
"Ini gara gara ulah masyarakat yang nggelanggar tapi nggak terima ditilang. Kalau gak mau ditilang ya jangan ngglanggar aturan dong. Udah tau aturan tapi kok masih melakukan pelanggaran? Kalau ditilang jaga sikap, yang sopan. Wong kita disini juga karena tugas."
"Iya Pak saya sopan." jawab temenku merasa di ceramahi.
"Sekarang sampean ikhlas ngak 250 ribu? Kalau ngak ikhlas mending ikut sidang."
"Ikhlas Pak."
"Ini KTP sama STNKnya."
Mereka salaman, lalu kami keluar dari pos buat lanjutin perjalanan.
Tapi pas di depan pos itu terdapat perempatan yang ada lampu lalulintas.
Temenku nggak langsung nyebrang padahal lampu lalulintasnya merah.
Aku "kok nggak nyebrang sekarang?"
"nanti" singkat banget jawabnya.
Pas lampu ijo nyala temenku malah nyebrang pake ngebut, lalulintas jadi ribut. Suara klakson berisik banget, hampir ada orang nabrak kami. Aku jadi jantungan rasanya.
Aku nenggok kepos. Ternyata polisilalulintas yang tadi nilang kami mengamati sambil ngelus dada. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar