Entri yang Diunggulkan

Lama kelana

Seperti baru berkedip, 2021 ternyata sudah dua tahun yang lalu. hampir tiga tahun malah. Sebagai mahasiswa akhir, seikit dilema. Ingin cepa...

Rabu, 12 Februari 2020

PORSI

        Semangat   
Ibu adalah sosok yang terdepan mendukung apa yang saya perjuangkan  dalam pendikan. sejak kecil, ibu yang menjejali saya dengan buku-buku, hingga saya lupa sejak kapan saya tidak biasa tanpa buku. Ibu adalah sosok luar biasa, cita-citanya tinggi, walau bahkan tidak sempat memperjuangkannya karena terlanjur dinikahkan. Mungkin itulah yang membuat ibu begitu mendukung saya dalam mewujudkan cita-cita. mungkin juga dari darah ibulah saya punya semangat untuk menempu pendidikan.
          Bicara
           Malam tadi, ibu menelpon saya hingga larut. Kami membicarakan banyak hal, hingga lupa bahwa waktu sudah menunjukkan jam 11.30 malam."Nyong bali kemis mangkat minggu." Katanya. Kemudian ibu banyak bercerita tentang keadaan rumah. Tentang Bapak, Kakak, Adikku. Dan terakhir, tentang saya. Ia membicarakan saya yang berkeinginan untuk kuliah dengan Bapak. Jujur, segala hal yang saya bayangkan tentang bahagianya Bapak karena punya anak yang semangat nuntut ilmu, semuanya luntur. 'Ah bapak, kenapa ya bapak?' gaya Ibu berbicara tentang bapak yang sudah terjadi semiggu lalu seolah baru saja terjadi. "Bapakmu ra oleh DE.E kuliah. Jarene nggo opo kuliah barang. Kerjo paling dadi opo, hasile rung mesti nyukup setahun nggo nembel biaya kuliah patang tahun. Ngentakno wektu karo biaya tok. Mending dadi tani keruan"  Saya sedikit hancur, tapi untuk beberapa waktu setelah pembicaraan dengan ibu itu saja. Setelahnya saya menganggap omongan bapak itu sebagai angin berlalu yang sedikit mengganggu. "Tapi, mbok.e pingine, DE.E teruske wae kekarepanmu, ngko tak usahakkelah igin mampu mbok.e kok. Mbok.e yo wes njajal omong karo bapak, nek ra oleh yo luehlah." Inilah yang jadi masalah, bapak ibu beda pendapat, saya hanya takut mereka bertengkar karena saya.
        Problema
           Usai pembicaraan hingga tengah malam saya dengan ibu, saya masih agak kepikiran. Bagaimanapun bagi saya restu dan do'a orangtua adalah  sebagai penghantar kemudahan  dan  kelancaran saya menjalani apa yang jadi keinginan saya. Dalam diri saya masih ada rasa takut dianggap durhaka bila memberontak bapak.  Akhirnya di sela-sela 

        ………………….sesi ,,,,,,,,,,,,,,,,,2 ?
waktu menunggu waktu ujian Madrasah, saya memutuskan untuk meminta pendapat Fata, anak yang katanya anak pengusaha blondon itu. Kurang lebih begini;

Kamis, 06 Februari 2020

Pak Pin


Pak Arfin adalah salah satu guru di tempat saya mengenyam pendidikan di MANASA. Beliau datang ke sekolahan beberapa hari pasca wisuda. Saat sekolah saya hanya terdiri dari satu kelas yaitu angkatan pertama TIRTA. Beliau adalah sahabat Pak Farikhul, yang satu kuliahan di UIN SUKA. Jauh jauh datang dari Ngawi JATIM hanya untuk manasa. Beliau memperkenalkan pada anak-anak manasa pelajaran rubik, saya baru tahu saaat beliau bicara, kalau ternyata sebuah kotak rubik itupun ada rumusnya. Beliau pandai bahasa inggris dan arab, seringkali beliau  memperkenalkan pada kami kata-kata baru bahasa arab ataupun bahasa inggris melalui kata motifasi atau slogan slogan.   
Beliau adalah guru saya, bapak saya, sekaligus teman saya. Beliau memberi saya banyak inspirasi. Saya sempat menganggapnya orang yang arogansi, tapi lama-lama saya sedikit memahaminya. Apa yang beliau lakukan kepada anak-anak manasa adalah sebagian bentuk perhatiannya. Apapun itu. Tapi saya sebagai murid seringkali tidak merasa bersyukur atas perhatian beliau. Saya sering membangkang, daripada taat aturan. Banyak hal baik yang sudah beliau tularkan pada saya, diantaranya, untuk tekun membaca dan menjelaskan pentingnya berbahasa. Juga tata cara mengelola perpustakaan, beliau yang ajarkan pada saya.
Pak pin adalah bagian dari hari-hari anak manasa, setiap hari wajahnya tidak pernah absen di sekolahan. Sejak pagi sampai pagi lagi, ya, rata rata 23 jam per hari dalam setahun mungkin beliau ada di sekolahan. Tidur di sekolah, makan disekolah, apapunlah sepertinya semuanya ia lakukan di sekolah. Kami akrab, bahkan saking akrabnya kadang terkesan mbajor.
 Yang kami bingungkan dari Pak Pin itu, marahnya, beliau kalau marah sama seseorang itu jadi diem ngak mau nyapa, padahal beliau tahu bahwa didiamkan itu merupakan siksaan, kadang saat  kami tahu kami salah, kami ingin mita maaf. Tapi, ketika ingat kata beliau bahwa yang beliau butuhkan bukan kata kata maaf, tapi suatu peruahan sikap, kita jadi ragu untuk meminta maaf. Seperti sekarang ini, anak tirta nampaknya sedang tidak baik padanya. Sudah hampir seminggu mungkin didiamkan, saat salah tidak di ingatkan, saat papasan tidak dapat teguran, saat beliau butuh kami tidak lagi dimintai bantuan.