Entri yang Diunggulkan

Lama kelana

Seperti baru berkedip, 2021 ternyata sudah dua tahun yang lalu. hampir tiga tahun malah. Sebagai mahasiswa akhir, seikit dilema. Ingin cepa...

Selasa, 24 Oktober 2023

Lama kelana

Seperti baru berkedip, 2021 ternyata sudah dua tahun yang lalu. hampir tiga tahun malah. Sebagai mahasiswa akhir, seikit dilema. Ingin cepat selesai masa s 1, tetapi tak ingin segera kembali ke kampung kelahiran. Tempat bahagia dan luka lama tertinggal. Ingin segera pulih, memaafkan mata mata yang sudah terpejam abadi, tetapi batin terkadang terkekang yang terkenang. Masa-masa sulit dan sakit sudah berlalu tetapi pilu dan sendu selalu muncul sekelebat, mungkin hilang jika sudah sekarat. Memaafkan tapi tidak lupa, memaafkan tapi tetap belajar bahwa semua orang berhak belajar dari kesakitan.

Sabtu, 10 September 2022

sikut sikutan dunia luar

jikalau saja kau masih ada, bisa saja aku lebih kuat dari ini. mendengar banyak cerita tentangmu

Minggu, 30 Januari 2022

Abu Nuwas

 https://www.youtube.com/watch?v=iDAIi7Ocygs

Cerita-cerita tak seperti yang kukirra

Senin, 30 Maret 2020

Sumpek


       Saya menjadi trauma, merasa segalanya tak perlu terjadi. Sudah seharusnya sadar diri, sebagai manusia yang belumlah dapat dibilang pantas untuk mentas dari pendidikan keagamaan. Saya seharusnya lebih mengendalikan diri, untuk nggak lihat situ sana yang udak banyak jumlah anak mereka. Yang nampak udah bahagia sama hidup yang dipilihnya.
       Kalaulah saya dari awal berjuang macam mereka, tentulah saya boleh berharap lebih jauh. Tapi pada kenyataanya, saya harus bersabar diri, agar tak memikirkan apa yang harusnya tidak saya pikirkan. Membiarkan mereka menikmati bahagia mereka. 

Kamis, 12 Maret 2020

Untukmu, yang rela menunggu

Hari ini begitu cerah, secercah cahaya berdarah telah tumpah.Aku masih memegang rasa lama, yang sempat membelenggu masa. Dikala kau ada dipelupuk mata aku begitu bahagia, tapi sekarang aku harus belajar bahagia juga, merasakan adamu sekalipun ribuan kilo jarakmu. Aku tak bakal menuntut kau harus ikut segala pinta yang pernah ku sebut, tapi yang ku tahu, kau adalah pejuang, maka aku percaya, kau akan berusaha untuk mewujudkannya. Bukankah aku dan kamu adalah kisah yang lucu, tanpa kata kala bertemu, namun merindu kala jarak memisahkan kita. Tak apa, yang di atas tentu lebih tahu maksud kita, sekalipun tak terlihat kita tetap berusaha bercakap, lewat perbincangan kita mulai dari hal yang remeh sampai terkesan nyeleneh. Kita berusaha, memperbaiki diri agar kelak kita dapat saling melengkapi. Toh, apapun rasa kita, yang kuasa sudah mempersiapkan yang terbaik dari rencana kita yang baik-baik. Jika aku dan kamu memang dapat menyatu, tentu waktu takkan tega membiarkan kita lebih lama menderita, mencicipi pahitnya ketidakpastian. Maafkan aku juga yang hanya menanti, seolah tak berusaha untuk segala yang kita harapkan. Tapi hendaknya kau tahu, tugasku kini adalah memperbaiki, juga memantaskan diri agar dapat menjadi perhiasan terindah bagi hari-harimu, manjadi pakaian terbaikmu, dan mampu menjadi teman diskusi bagimu. Maafkan aku jika kau harus berjuang untukku, tapi kau tak berjuang sendiri, akupun selalu berusaha agar pantas untuk kau perjuangkan. Sebagai manusia normal, Kamupun tak bakal maukan,  jika memperjuangkan seseorang yang tidak berkualitas, yang hanya menjadi beban bagi hari depanmu, yang hanya tahu bersolek tanpa tahu cara terbaik menghadapi permasalahan hidup. Jikapun kita tidak dapat bersama tentu apa yang kita usahakan tak akan sia-sia, jika pengorbanan besarmu buatku harus terpenggal diperjalanan, tentulah ada yag lebih berhak atas itu. Dan jka usahaku untuk menjadi seseorang yang dapat berarti bagimu dan anak-anakmu tidak diizinkan-Nya, tentulah Allah, sudah menyiapkan yang lebih siap bagimu. Aku dan kamu sekedar dapat bersiap, untuk menerima kemungkinan-kemungkinan pahit. Dan tetap optimis bahwa apapun yang kita usahakan hari ini tidak akan berakhir percuma. Selamat berjuang untuk kamu, untuk aku, dan untuk kita. Tetap berpikir positif, agar kamu merasa semangat menjalani hari-harimu, agar kamu tidak dikalahkan oleh rasa malasmu. Do'aku ku udarakan pada-Nya, ku harap kau juga begitu, yang kita tahu sekarang, jarak dapat memisahkan, tapi sejauh apapun jarak, do'a dapat
menandakan kedekatan kita. Percakapan kita setiap hari tak harus terjadi sekarang, tapi suatu hari, jika kita sudah terikat oleh kata yang tidak lagi dapat memisahkan kita, dihadapan saksi-saksi ikatan itu. Jangan berduka terlalu lama, ada banyak kebahagiaan yang harus kau wujudkan. Semoga aku memang buat kamu. Wonosobo, 13/03/2020, Yuli Ambarwati

Rabu, 12 Februari 2020

PORSI

        Semangat   
Ibu adalah sosok yang terdepan mendukung apa yang saya perjuangkan  dalam pendikan. sejak kecil, ibu yang menjejali saya dengan buku-buku, hingga saya lupa sejak kapan saya tidak biasa tanpa buku. Ibu adalah sosok luar biasa, cita-citanya tinggi, walau bahkan tidak sempat memperjuangkannya karena terlanjur dinikahkan. Mungkin itulah yang membuat ibu begitu mendukung saya dalam mewujudkan cita-cita. mungkin juga dari darah ibulah saya punya semangat untuk menempu pendidikan.
          Bicara
           Malam tadi, ibu menelpon saya hingga larut. Kami membicarakan banyak hal, hingga lupa bahwa waktu sudah menunjukkan jam 11.30 malam."Nyong bali kemis mangkat minggu." Katanya. Kemudian ibu banyak bercerita tentang keadaan rumah. Tentang Bapak, Kakak, Adikku. Dan terakhir, tentang saya. Ia membicarakan saya yang berkeinginan untuk kuliah dengan Bapak. Jujur, segala hal yang saya bayangkan tentang bahagianya Bapak karena punya anak yang semangat nuntut ilmu, semuanya luntur. 'Ah bapak, kenapa ya bapak?' gaya Ibu berbicara tentang bapak yang sudah terjadi semiggu lalu seolah baru saja terjadi. "Bapakmu ra oleh DE.E kuliah. Jarene nggo opo kuliah barang. Kerjo paling dadi opo, hasile rung mesti nyukup setahun nggo nembel biaya kuliah patang tahun. Ngentakno wektu karo biaya tok. Mending dadi tani keruan"  Saya sedikit hancur, tapi untuk beberapa waktu setelah pembicaraan dengan ibu itu saja. Setelahnya saya menganggap omongan bapak itu sebagai angin berlalu yang sedikit mengganggu. "Tapi, mbok.e pingine, DE.E teruske wae kekarepanmu, ngko tak usahakkelah igin mampu mbok.e kok. Mbok.e yo wes njajal omong karo bapak, nek ra oleh yo luehlah." Inilah yang jadi masalah, bapak ibu beda pendapat, saya hanya takut mereka bertengkar karena saya.
        Problema
           Usai pembicaraan hingga tengah malam saya dengan ibu, saya masih agak kepikiran. Bagaimanapun bagi saya restu dan do'a orangtua adalah  sebagai penghantar kemudahan  dan  kelancaran saya menjalani apa yang jadi keinginan saya. Dalam diri saya masih ada rasa takut dianggap durhaka bila memberontak bapak.  Akhirnya di sela-sela 

        ………………….sesi ,,,,,,,,,,,,,,,,,2 ?
waktu menunggu waktu ujian Madrasah, saya memutuskan untuk meminta pendapat Fata, anak yang katanya anak pengusaha blondon itu. Kurang lebih begini;

Kamis, 06 Februari 2020

Pak Pin


Pak Arfin adalah salah satu guru di tempat saya mengenyam pendidikan di MANASA. Beliau datang ke sekolahan beberapa hari pasca wisuda. Saat sekolah saya hanya terdiri dari satu kelas yaitu angkatan pertama TIRTA. Beliau adalah sahabat Pak Farikhul, yang satu kuliahan di UIN SUKA. Jauh jauh datang dari Ngawi JATIM hanya untuk manasa. Beliau memperkenalkan pada anak-anak manasa pelajaran rubik, saya baru tahu saaat beliau bicara, kalau ternyata sebuah kotak rubik itupun ada rumusnya. Beliau pandai bahasa inggris dan arab, seringkali beliau  memperkenalkan pada kami kata-kata baru bahasa arab ataupun bahasa inggris melalui kata motifasi atau slogan slogan.   
Beliau adalah guru saya, bapak saya, sekaligus teman saya. Beliau memberi saya banyak inspirasi. Saya sempat menganggapnya orang yang arogansi, tapi lama-lama saya sedikit memahaminya. Apa yang beliau lakukan kepada anak-anak manasa adalah sebagian bentuk perhatiannya. Apapun itu. Tapi saya sebagai murid seringkali tidak merasa bersyukur atas perhatian beliau. Saya sering membangkang, daripada taat aturan. Banyak hal baik yang sudah beliau tularkan pada saya, diantaranya, untuk tekun membaca dan menjelaskan pentingnya berbahasa. Juga tata cara mengelola perpustakaan, beliau yang ajarkan pada saya.
Pak pin adalah bagian dari hari-hari anak manasa, setiap hari wajahnya tidak pernah absen di sekolahan. Sejak pagi sampai pagi lagi, ya, rata rata 23 jam per hari dalam setahun mungkin beliau ada di sekolahan. Tidur di sekolah, makan disekolah, apapunlah sepertinya semuanya ia lakukan di sekolah. Kami akrab, bahkan saking akrabnya kadang terkesan mbajor.
 Yang kami bingungkan dari Pak Pin itu, marahnya, beliau kalau marah sama seseorang itu jadi diem ngak mau nyapa, padahal beliau tahu bahwa didiamkan itu merupakan siksaan, kadang saat  kami tahu kami salah, kami ingin mita maaf. Tapi, ketika ingat kata beliau bahwa yang beliau butuhkan bukan kata kata maaf, tapi suatu peruahan sikap, kita jadi ragu untuk meminta maaf. Seperti sekarang ini, anak tirta nampaknya sedang tidak baik padanya. Sudah hampir seminggu mungkin didiamkan, saat salah tidak di ingatkan, saat papasan tidak dapat teguran, saat beliau butuh kami tidak lagi dimintai bantuan.



Kamis, 30 Januari 2020

cerita

Saya menulis blog ini di perpustakaan nasa, mencuri waktu. saat pak pin lagi modnya baik. saya berusaha agar tak bunuh diri. tidak menulis bagi saya adalah sama dengan saya sudah mati.

Secuil kenangan bersama Tirta Manasa

Gambar mungkin berisi: 20 orang, termasuk Hikmatun Nikma dan Mushafir Cinta Mu, orang tersenyum, orang berdiriKawan, berapa lama kiranya kita sudah menua bersama, tepatnya aku yang menua. Bertapa kita lama mengharap dimengerti tapi ngak mau ngertiin. Betapa banyak bayang bayang yang menakutkan, semua yang berkaitan dengan masa depan yang bahkan hal itu belum kita tahu, melihatpun tak mampu. Tapi ayah kita selalu menenangkan, dengan gaya bicaranya "iso-iso" seolah semuanya mudah di jalani. Dan semuanya memang mampu kita lewati, bagi kita yang bertahan hingga kini.
Ujian sebentar lagi tiba, betapa aku tahu stress itu melanda beberapa diantara kita, eva dengan kebosanannya yang datang dengan tiba-tiba, Indah dengan hafalan yang hilang yang mungkin tergantikan oleh banyak materi ujian. Sementara aku dengan rasa nek, dengan pembimbingnya, yah, mudah mudahan itu hanya sementara. Kita pasti mampu melaluinya. 
Tiga tahun hampir sempurna, aku tidak akan lupa, pertengkaran Eva dan Ridho dibawah pohon manggis. Hawa mistik oman, kebaikan Benu yang selalu ku cap buruk, Mas fufah yang jarang sekolah. Aku mungkin menyesal pernah menunda sekolah, tapi bagiku, memilk kawan seperjuangan kalian, itu adalah anugrah.
Kutulis pendek cerita kita kawan, yang sebentar lagi hanya bisa dikenang dalam anganan. Kutulis ini diruang perpustakaan, saat Pak Pin sedang di kantor bersama amin, Indah juga sedang pulas tidur dengan kepala tergeletak dimeja, mungkin leleah menemaniku yang asik sendiri tanpa berbagi dengannya. akan kuperpanjang tulisan ini suatu hari, mungkin jadi buku yang besar. tertawakanlah seperti biasa kalian menertawakan kawan. 

Sabtu, 11 Januari 2020

Tentang Agama

Di puri indah, tepatnya di GKI (Gereja Kristen Indonesia)  kebimbanagan yang saya alami ini terjadi beberapa tahun silam, sekitar tahun 2013.  Kala itu, usai menemani anak asuh saya sekolah minggu, gambar ini di tangkap dengan sengaja. Beberapa detik kemudian, pemandangan langit berubah. Di saat itulah aku mulai memikirkan sesuatu, ya. Agama. Mengapa agama itu sangat rawan sekali untuk sekedar di bicarakan? Bisa jadi karena kecilnya toleransi, dari masing masing penganut.
                                                                                                                                                                      "Tapi bagaimanapun, semua agama yang dipeluk setiap umat manusia, itu mengajaran pada kebaikan."

Jumat, 10 Januari 2020

Dasar, Aku!!!!!


         


                  Mulut tetangga beraksi, seperti biasa tetangga selalu menganggap rumput milik sebelahnya lebih hijau. “Eh, kamu, si kesayangan kamu tuh, pergi kemarin sore ya. Kayaknya mau lamaran. Tapi sih, kayaknya yang dilamar bukan kamu ya…?”. Sontak aku yang mendengar mulut lamis tetangga yag sungguh menyinggung perasaan itu, segera  berjalan, beriringan dengan rintik hujan. Mencari cara agar dapat melupakan kenangan yang terlanjur menawan.  “Argh,,,,,,,,,”  Tertatih aku berjalan, menyusuri  lenggak lenggok setapak berlumpur. “Sungguh aku rapuh, aku rapuh” langkahku mulai terbata, mutiara air mataku tak nampak, tapi aku merasa tersayat  “sungguh aku tidak lagi kuat. Aku tidak kuat, ya, Aku tidak kuat.”  Aku memilih berhenti menikmati titik-titik hujan beriringkan petir kecil. Aku duduk terdiam di tepi jalan, aku sungguh patah. Beberapa kali kujambak rambut yang kurasa sudah tiada berguna lagi, kumaki diri sendiri. Mengapa mereka yang mulai mengisi hati, yang kita harapkan datang mengisi hari-hari harus begitu cepat dan mudah buat  pergi?  ‘Ah, nggak, nggak, nggak, dia nggak pergi, apalagi buat yang lain selain aku’ aku agak gemetar, tapi tetap mencoba meyakinkan diri. Kadang nyrocosnya tetangga itu membuat luka secara tiba-tiba, dan bikin putus asa.
                  Beberapa hari lagi tes semester tiba, aku dengan bagga menyambutnya, mempersiapkan diri agar tidak gagap saat menjawab soal nanti. Dalam kesibukan yang ku jalani, kemanapun mataku terarah, diam-diam dia menyelinap dalam pandangan.  “Ah, gila kali aku ya?”  aku menggerutu dengan apa yang aku alami. Dia bahkan ada di kertas soal  latihan ujian,  di papan tulis guru, kadang menyelinap diantara lubang sepatuku.Tapi hampir hal yang sama selalu terjadi, dan berulangkali. Aku bosan, tapi itulah yang harus kujalani, kehilangan yang dalam apalagi dengan kadar perasaan yang terlanjur dalam, membuat fase ‘melupakannya’ ini sulit ku lalui.
                     Lelaki bermata tajam itu tak pernah lagi menampakkan diri,  sekalipun bayangnya seolah mengikuti, melupakannya jadi seperti mustahil terjadi.  Untuk saat ini cara paling mudah untuk membuatkun perih adalah, saat ada seseorang menginggatkan aku padanya. Ya, ingatan tentang dia itu umpama luka yang ditaburi garam, teramat sakit.
                       Hari kian beranjak dan bulan berganti, aku akan belajar mencari jati diri. Aku yakin, kehilangannya bukanlah satu akhir yang musti diratapi. Beberapa kegiatan ku ikuti, mulai dari eskul sampai sore hari hingga beberapa kegiatan yang bikin aku pusing. Ya, setidaknya pusing memikirkan hal yang pasti ada jawabannya itu tidak lebih menyakitkan daripada memikirkan seseorang  yang tak jelas keberadaannya dimana. Tapi lagi-lagi, apapun yang kutatap selalu ada bayangannya yang diam diam menyusup mengacaukan konsentrasi.  “ Ya ampun. Dia dimana sih, dia dimana?”  aku melontarkan kata itu saat sedang dalam kumpulan anak kesenian, mereka yang menyadari tingkah laku  tidak jelasku langsung memboom aku dengan banyak pertanyaan mematikan.  “ eh, kamu kenapa sih gak bisa konsen? Bikin kita buyar ginikan? Kenapa sih,? Apa dia lagi, dan lagi?” mereka yang berulangkali menerima ketidak konsentrasianku dengan alasan yang sama mulai bosan. Aku merasa dalam keadaan gawat. “oke deh gini aja ya, karena kita persiapan buat segala sesuatunya udah mepet nih, mending kamu nggak usah diikutin dulu  di acara kita yang ini. Besok besok kalo ada acara, kamu mungkin bisa ikut lagi’ Mereka melanjutkan latihan drama, meninggalkan aku yang masih terpaku.
                     Aku pulang dengan lelah yang kurasa tak terbayar. Agak kecewa, tapi tak berdaya. Aku menyibukkan diri dalam perjalanan pulang, dengan menendangi kerikil tak bersalah.  “Argh…” kutendang kerikil yang agak besaran, dan ‘tong’ kerikil itu menggenai sepeda motor yang kebetulan lewat dengan lambat. Motor itu berhenti, pengemudinya turun berjalan menghampiri aku yang mungkin ia anggap sanggat bersalah.  “Woy?!!!!”  ‘ya ampun, dia’  “apa kabar kamu? Tuh istriku, oh ya, kamu udah lulus belum si sekolahnya. Eh, lupa, ini udah ujian belum si?”  aku cuma mlonggo ‘istri?’  “eh, ko diem aja sih, nih istriku”  ucapnya saat perempuan yang hidungnya mancung kaya pinokio pembohong itu mendekat. Aku menggulurkan tangan beramah tamah, ternyata yang diomongkan tetangga-tetanggaku dengan gaya nyinyirnya itu benar, aku tak selalu sepesial buat orang  yang tiba-tiba pergi tanpa ada sebabnya ini, tanpa mengucapkan pamit biar sepatah kata. Eh, pas dia pulang malah bawa istri, trus apa sih, manfaat aku ingat dia tiap hari? ‘argh….’
                 



Selasa, 23 April 2019

Pondok Pesantren An-Nawawi Sarwodadi




Jangan Begitu.., 

Pikiran positif
Buat perilaku tambah arif
Bikin otak mau berlaku kreatif
Ciptakan suasana lebih kondusif
Tubuh jadi lebih produktif
Sebagaimana kamu ingin diperlakukan, perlakukan orang lain seperti apa yang kamu harapkan
Hidup selalu butuh bantuan
Kamu gaya juga butuh orang yang menyaksikan
Kamu tertawa juga butuh oranglain agar tidak dikatakan pada dirimu telah muncul tanda tanda kegilaan
Dan, saksikan semua film hidupnya sampai selesai... Jika mau menghitung, hitunglah semuanya jangan hanya keburukan yang dihitung. Tentu anda tahu bagaimana cara anda memilih tomat di supermarket, mereka para pekerja ingin menjualkan barang berkualitas jika ada yang busuk dibuang, bukan malah dipamerkan ke orang orang. Tapi anehnya, pada orang sering sekali mereka menghitung kebusukan kawan, tapi yang baik cenderung tidak diperhatikan. Kalau semua orang digituin, dihitung keburukan keburukan yang dilakukan, yakin gak ada orang yang bener didunia ini deh. Apalagi hanya menyaksikan sepotong kisah, saksikan sampai selesai.


Minggu, 21 April 2019

Pemilik Negri


Hasil gambar untuk pemilu
Mari membangun interaksi
Yang tak hanya mencari komedi
Bukan pula sekedar empati
Bukan juga untuk meratapi ironi
Atas kenisbian yang kita alami
Jangan pernah beransumsi
Bahwa kita tak dapat melampaui
Karena itu berpotensi mengurangi kepercayaan diri
Membangun strategi
Jangan hanya bertanya mengapa begini?
Lakukan inovasi untuk membangun negri yang amat kita cintai
Sebagai identitas diri yang tak pernah terganti
Jadilah berani untuk melakukan kontradiksi
Jika pejabat negri melakukan defleksi
Karena negri ini milik kita , untuk dilindungi

Minggu, 25 Juni 2017

An-Nawawi Sarwodadi

 Alamat Sarwodadi Gadingrejo Kepil Wonosobo https://scontent.fcgk4-1.fna.fbcdn.net/v/t31.0%3C/b%3E-8/fr/cp0/e15/q65/14196201_1784087268495182_3929177905367369080_o.jpg?efg=eyJpIjoidCJ9&oh=d43d61f041ccb0d1aac0aee4c032da0c&oe=59B30C9D

Kamis, 18 Mei 2017

AN-NAWAWI SARWODADI


Alamat : Sarwodadi Gadingrejo Kepil Wonosobo Jateng














Jumat, 11 Maret 2016

Ayah Ibu

Wajah penat masih melekat
Tapi demi kami, tak ada kata lelah
Kalian perlihatkan senyum
Kala anak-anakmu berebut untuk bercerita
Kalian adalah pendegar yang baik

Kalian sering menyisihkan lauk terenak untuk kami
Kalian menjadikan kami alasan agar semangat bekerja
Kalian menjaga sikap agar kami mencotoh hal baik
Kalian mencontohkan kami bekerja agar hidup kami tak sengsara
Kalian selalu mendo'akan yang terbaik bagi kami

Terimakasih atas baju baju yang kalian beri
Atas pemberian makanan yang tak terbatas
Atas didikan terbaik agar kami tak terjerumus
Terima kasih untuk tempat tinggal yang begitu nyaman
Terima kasih telah memberi kami kesempatan merasakan kehidupan

Begitu besar kasih tulus ihklas
yang kalian berikan pada kami
yang suatu saat belum tentu kami dapat membalas
Bahkan kau tidak memikirkan masa depanmu, tapi masa depan anak-anakmu
agar lebih baik dari kalian
Meski kadang kami bandel tak mau belajar, apalagi berperilaku baik pada orang
Kalian tetap sabar,
mengajari meminta maaf atas nama kami pada orang yang kami usili
Kalian adalah pahlawan kami, pembela masa depan kami anak-anakmu

Kalian memberi tentu berharap kembali
Dengan harapan kami tak durhaka
Dengan harapan kami jadi anak yang berbakti
Dengan harapan agar kalian tak dipermalukan
Karena kalianpun tahu, kami tak akan bisa berbuat hal yang serupa pada kalian
Kalian hanya menaruh harapan agar kami jadi anak yang baik

Terima kasih, Ayah Ibu
Sudah mempercayakan kami
Kami akan berusaha